Setelah besar kepala karena membuat postingan tips naik kereta api untuk para pemula, kini saatnya membuka tabir bahwa aku sebenernya baru naik kereta dua kali (per-Maret 2020). Disinilah semua itu berasal, kebodohan yang susah lepas. Ini merupakan postingan pertama dari rubrik "Pertama Kali" dimana saya berusaha me-recalling ingatan akan cerita momen pertama saya ketika melakukan suatu hal. Karena percaya atau tidak suatu hal yang baru dilakukan untuk pertama kalinya akan selalu memiliki cerita. Sepertinya pemirsa mulai penasaran, atau cuma perasaanku saja, wahahaha.

Kira-kira berapa rata-rata usia orang saat naik kereta untuk pertama kalinya? gak tahu kan? sama, aku juga gak tahu. Tepatnya tahun 2015 merupakan tahun dimana  saya berkesempatan naik kereta api, saat itu usia saya 19 tahun. Gimana ya rasanya bisa jadi orang pertama dikeluarga yang bisa merasakan naik kereta? wahaha sungguh prestasi yang sangat biasa-biasa saja, atau bisa jadi itu kebahagiaan tersendiri untuk beberapa orang, termasuk saya. Kereta yang beruntung itu bernama Penataran Dhoho, dia kereta ekonomi yang membantu saya untuk bisa sampai ke Malang.

Jadi cerita awalnya kenapa bisa naik kereta ke Malang adalah karena sedang berkuliah disana. Saat itu bulan Juli ceritanya liburan semester dimana posisinya aku udah balik ke Sidoarjo (pulang kampung). Dapet kabar disuruh pindah kos padahal harusnya terakhir itu habis bulan Agustus kalau genap 12 bulan. Katanya karena ngikutin jadwal masuk mahasiswa baru, padahal itu dulu kosnya bayar per-tahun. Wih itu ibuku setelah aku kasih tau langsung berubah mood nya. Dikos ada motor sama barang-barang semuanya di Malang. Singkatnya aku harus ke Malang untuk pindahan atau cari kos baru.

Langsunglah saat itu bergegas ke loket Stasiun untuk beli tiket. Tahun 2015 udah bisa beli tiket kereta lewat online ga sih? pokoknya langsung aja pas itu belinya di Stasiun. Baris deh tuh diantrean tiket, pas udah tiba giliran polos banget cuma nyebut mau ke Malang. Ternyata kalau mau berangkat hari itu akunya nanti berdiri ga dapet tempat duduk, ya ga mau lah. Akhirnya pilih besok tapi pagi banget. Dikasih pilihan tempat duduk cuma jawab terserah ke mbak-mbaknya, random aja, udah kayak pas ditanyain mau makan apa.

Ceritanya ini udah besoknya, udah mandi, siap-siap segala macem, berangkat dan tiketku mengatakan kereta berangkat pukul 05:01 WIB. Waktu menunjukkan pukul 05.03 WIB dan aku masih di Bundaran Waru, ini bodoh sih. Baru pertama masa iya ketinggalan kereta. Setibanya di Stasiun langsung aja lari itu mumpung masih ada keretanya, terus bingung loh..loh..loket tiket yang kemarin tutup wkwkw bodoh. Ini pengen ngucapin terima kasih banyak buat petugas yang bagian nge-check tiketnya. Itu pagi buta di Stasiun kecil petugasnya cuma bapak itu sendirian tanpa ada penumpang lain yang lagi cek tiket (kayaknya sudah didalem kereta semua hahaha) dengan aku yang panik. Bapaknya pas nge-check bilang "sante mas... sante mas..." wkwkw aku ngakak kalau inget kebodohanku. Pas pengalaman kedua juga sama aja datengnya pas banget sama jam berangkat di Stasiun yang sama tapi yang ini ada temen yang udah dateng duluan, hehe. Kira-kira ekspresi ku waktu ngejar kereta kayak gini.

Sumber: via fanpop.com
Udah tuh akhirnya naik lewat gerbong belakang, selanjutnya adalah aku jalan menyusuri satu persatu gerbong mencari angka 15E. Ditiket ada tulisan "KELAS/KURSI : EKONOMI 1; 15E" feelingku mengatakan ini pasti gerbong nomor 1 dalam hati mengatakan "aku sungguh cerdas". Sampai digerbong 1 kursi 15E dan disana telah duduk seorang ibu-ibu dan anaknya, terus bingung tuh duduk mana. Mohon maaf, karena aku suka malu kalau ngomong ke orang yang belum kenal, jadi kebanyakan aku sungkan pas posisi kayak gitu. Akhirnya aku duduk dibalik kursi 15E, ini bukan didepannya loh. Kan kursi ekonomi hadap-hadapan kan, nah itu aku dibaliknya kursi 15E karena plakat tulisan itu kan ditempel didinding kereta. Kan dari balik kursi ini bisa lihat plakat 15E berada diatas kepalaku, atau aku bisa berdalih nanti kalau dicek petugas aku bisa bilang "ohh saya salah kursi ya pak, maaf ya pak". Sekali lagi aku sungguh cerdas.

Tiket pertama masih disimpen | Recalling memory banget
Karena kursi ini, selama perjalanan aku merasa cemas dan selalu menatap pemandangan diluar sana dari jendela kereta, yang kutakutkan adalah apabila nanti tiba-tiba ada orang mau duduk ditempat ini. Beberapa stasiun telah terlewati, tak lama kemudian ada petugas bersenjata yang ingin melihat tiket dan kartu identitasku, setelah itu aku memberanikan diri menoleh kebelakang dan melihat kursi 15E telah kosong. Bahagianya aku!

Hahaha, kini aku telah berada dimana seharusnya aku berada. Selama kurang lebih 2 jam perjalanan aku habiskan melihat pemandangan dari balik jendela karena takut stasiun tujuan terlewat. Entah kenapa setiap kali naik transportasi umum dimana aku pergi sendiri pasti gak bisa tidur, karena selalu cemas takut ini dan itu kalau sampai ketiduran. Setelah melewati banyak hal bodoh akhirnya sampai juga distasiun tujuan dengan selamat.

Terimakasih sudah membaca sejauh ini. Tiket kereta apinya masih aku simpan karena bikin inget kenangannya, temanku juga ada yang hobinya ngoleksi tiket kereta. Naik kereta ini itu terus tiketnya disimpen. Jadi aku memutuskan untuk menyimpanya. Tiket kereta yang kedua juga ada tapi cuma kertas thermal putih yang diprint simpel. Aku takut tiket yang baru ini tintanya bisa ilang. Tapi ada yang ga bisa ilang "kenangannya".